Cari Blog Ini

Senin, 19 November 2012

Perempuan Senja

Senja sore, kapan kamu datang lagi
Aku merindukanmu

Aku ingin menjemputmu
Apa perlu aku memotong langit siang dengan gunting kertas
Lalu kusulap menjadi burung elang
Biar ku kendarai menujumu
Menuju beberapa jarak dari jangkauan sentuhmu
Tapi matahari tetiba lenyap
Bumi menjadi gelap.
Aku putuskan menangis membaca puisi ini
Menangis seakan-akan aku tak pernah mengenal perempuan sepertimu
Perempuan berwujud senja.

* teruntuk perempuan senjaku, yg mengubah senja sore menjadi begitu hangat seperti kopi di cafe-cafe tengah kota.

Senin, 10 September 2012

Perempuan bernama Vi.


Vi, aku mengenalmu sebagai perempuan dengan mata besar dipayungi alis tebal yang selalu berkaca-kaca.
Mata itu yang memberitahuku betapa dalamnya rasamu.
Sebenarnya, ingin sekali kukecup sunyi di matamu.
Atau, tenggelam dan meresap dalam geretak isakmu seraya menghitung seberapa dalam kelabu menghuni kisahmu. Cerita cinta kita.
Tetapi, kamu lebih suka mengabadikan risalah cerita kita. Di hatimu, di matamu.

Vi, aku tak ingin terus memanggilmu perempuan dengan mata yang selalu berkaca-kaca. Sesekali kamu harus bisa mengeja getar rasa, getar yang memaksamu merindu. Mencinta.

Bukan sebagai aliran pemicu sendu, melainkan semata pembuka ingatan. Bahwa cinta itu sesuatu yang tak bisa kita arahkan.
Bukankah tidak semua harapan kita diperkenankan takdir menjadi kenyataan?

Tumpahkan saja semua cerita di bahuku, sebelum luka makin rimbun. Di dadamu, di matamu.

Sebagai penutup aku hendak mengutip adegan di sebuah film Perahu kertas. Kata keenan “apa yang orang bilang realistis belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan” .

ini terjadi kepadaku, orang bilang sah-sah saja aku merindumu.
Maafkan aku Vi, maaf...



Rabu, 29 Agustus 2012

Angin itu seperti cinta


Pagi ini, tiba-tiba saja aku ingin menulis selembar kata kala aku mengingatmu. Sebaris asa yang dulu pernah kita pikirkan bersama. Angin ini, iya angin yang desirannya dulu pernah kita jadikan bahasan. Angin yang hembusannya pernah membuat kita menangis, tertawa bersama. Angin yang menyelimuti, menyentuh sayap-sayap dijiwa kita. Angin yang basuhannya membawamu kepelukanmu. Angin yang aku sendiri tak sanggup untuk melawan hempasannya. Angin dimana aku belajar menghormati hatiku dan hatimu. 

Angin yang ahh.. entah harus aku gambarkan seperti apalagi, aku tak pernah benar-benar mendapatkan deskripsi yang tepat untuk menggambarkannya. Yang ku tahu, angin ini membuatku takut. Takut kalau-kalau aku tak bisa membuatmu tersenyum lagi suatu saat nanti.

Angin itu seperti cinta
Masih kuingat, senja itu angin sore seenaknya beraksi
Barisan awan tergores kuas angin tanpa aturan
Diujung  pipi, angin menyapu airmata suci
Lalu angin setelahnya tiarap, diam.

Senja itu seperti hati
Hati itu jangan dibawa terbang tinggi, sekalinya jatuh, sakit..
Tapi klo tak terbang tinggi, tak bisa melihat pemandangan indah

Tetiba saja aku ingin menanyakan sesuatu pada Tuhan, 

“Berapa jumlah orang yg dapat mendengar suara hati?
Kelihatannya lebih sedikit lagi yang mengikutinya.


Senin, 23 Juli 2012

A.N.D.R.O.M.E.D.A

T ernyata Tuhan menggambarmu pada sketsaku
E ntah bagaimana kita saling menyentuh asa
G erik gerak tawamu pun entah memaksaku
U ntuk menggores senyumku di air muka
H aruskah ku tanya Tuhan tuk memberimu warna ?

A ndromeda,
R asanya Tuhan telah memoles jiwamu dengan warna
I ndah perawan terikat ini pada senja
E legi sketsakupun Ia timpa dengan
F antasi megamu yang ku dengar selalu tiap
I a pertemukan kita pada dimensi yang
T ak seorang pun tahu kecuali kita.
A ndromeda, Tuhan memberimu warna galaksi terjauh yang
N ampak hanya dengan telanjang mata
T uhan menggambarmu pada sketsaku
O h, apalagi dari dirimu yang membuatku seperti, cinta.


oleh Rizqa Yuniarti pada 20 Juli 2012 pukul 22:47

Rabu, 27 Juni 2012

Alasan buat (tersenyum) pagi ini


Siang ini, 15 menit setelah mendapat pesan BBM dari si kebo tentang nilai IPK yg udah keluar. Gue ikut bangga, anak manja seperti dia pun bisa mendapat nilai yang menurut gue lumayan tinggi.

“kambing nilai akhir udah keluar, IPK ku 3.20 Alhamdulilah”

“waw selamat ya, ciee hahaa…”

“ya walaupun gak cumlaude, tapi bangga ko. Yg penting diatas tiga”

“lumayan itu udah tinggi, makan-makan yess”

lalu bbman itu berbuntut panjang, dengan pembicaran kita yang memang gak ada batasan. Kadang lucu, sesekali gue skrool ke atas threadnya karena semakin jauh pembicaraan kita itu gak focus alias bercabang. Itu yang ngebuat pembicaraan kita gak ada abisnya sih emang hahaa.. entahlah.

Tiba-tiba sohib gue satu ini BBMin gue dengan tiga tanda seru (!!!) baru kali ini dia begitu. Gue tau maksudnya it adalah penegasan alias kudu, harus, wajib dan dia gak mau tau.

“Mbing, pas wisuda gue, lo wajib dateng ya !!!”

Gue kaget bacanya, hahahaa.. beberapa detik sempet mikir. Gila dia wisuda pasti di gedung itu (Balairung) kampus UI, mateeek… itu gedung impian gue. Dulu ibu gue pernah bilang “kalau kamu gak bisa wisuda disana kaya mas Yunan, setidaknya ibu bisa liat kamu wisuda aja udah seneng. Dimana aja” tiba-tiba gue inget sama kuliah gue yang sampe sekarang belom beres. Nyesek, pengin nangis. Gue baru sadar, kado yang paling indah buat ultah ibu gue di usia ke 45 mungkin itu, yah ngeliat gue wisuda. 2 tahun lagi, 2014. Waktunya mepet. Sudahlah.. terus gue mikir mungkin aja gak dibalairung, kalau emang disana gue bakalan usahain gimana caranya gue gak nemenin si kebo wisuda.

“Ngapain?”

“Ya datenglah, nyenengin gue”

“Gue mau apa disana, kaya orang bego”

“Ko lo gitu sih? Ya gak lah, pokoknya lo wajib dateng Mbiiing!”

“Dimana, gue kesana ama siapa?”

“ya sama gue lah, di Balairung”


Go to hell… Damn it, suer balesan bbmnya si kebo ini ngejleb banget. Rasanya tu kaya ditusuk make tombak. Ngiri, dan ahh… speechless pokoknya. Gue putusin gue gak mau nemenin kebo, soalnya… hufft. Kalian tau lah atmosfir disana bakal gimana, dan gue pasti bakalan emosional bgt, bisa tumpah ruah gue disana.


“Gue kan gak punya kemeja”

“Kan lo ada Blazer”

“itu udah bulukan”

“aaaa….!!!”

“bbbb…!!!”


Terus untuk waktu beberapa saat, dia gak bales. Gak tau dia lagi ada pasien atau emang dia ngambek. Dia kalau ngambek bahaya, apa aja bisa dimakan. Remot tipi, hair dryer, laptop juga dimakan. Gue sih takutnya dia makan pasien itu aja hahaa. Oke ini lebay hahaaa. Yaah saat itu gue Cuma bisa menduga-duga. Setelah beberapa menit BB gue akhirnya bergetar lagi.

“Pokoknya lo harus dateng Mbiing, nama lo kan ada di TA gue jadi lo wajib dateng”
“hahaa.. insyallah yaa, lo make nama gue bayar kaga”

“Insyallahnya 99% dateng kan?”


Wow go to hell… ini penekanan. Damn it.. Si kebo bisaanya kalau gue ajak becanda dia nyambut. Ini dia focus banget ama topic ini. Jarang dia begini, konsisten dan bertujuan. Bbman kali ini penuh misi. Gue gak nyangka aja dia serius banget. Gue jadi berfikir buat ngebunuh ego gue sendiri dan dateng nemenin dia wisuda. 


“Hari apa emang?”

“8 atau 9 September, sabtu atau minggu kan itu. Lo gak kerja kan? Jadi, bisa dateng dooong”

“gak sih, tapi kalau gue lagi diluar kota ya maap”

“tapi lo kan gak pernah keluar kota pas weekend Mbiing”

“hahaa… iya sih”

“Nah kan! Mau cari alesan apa lagi lo? Ga mau tau! Pokoknya lo dateng!”

“ya insyallah”

“iya, bilangnya insyaallah dateng dong Mbiing”

“Iyeeee, Insyaallah gue dateng”

Finally, gue putusin buat jawab “Insyallah gue dateng” dengan real. And then, pelajaran hari ini yang gue dapet adalah. Jangan ke”Doktrin” sama sesuatu yg gak bisa lu dapetin. Tuhan selalu ngasih cara terbaik buat kita tau, paham dan mengerti bagaimana hukumNya berjalan. Bukan gue memang yang wisuda disana September tahun ini, tapi kebo sahabat gue. Mungkin nanti keluarga gue, sahabat2 gue yang lain bahkan mungkin nanti anak-anak gue wisuda disana Amieen.. 


Kata ibu gue, senyum yang membuat airmata hangat. Bagi gue, itu satu alasan sederhana untuk tersenyum sekali lagi.

Selalu ada alasan untuk tersenyum. Selalu.

Selamat ya kebo.







Senin, 23 April 2012

Kata ibuku, pagi ini

Hari ini semua menajdi begitu jelas, entah aku yang lagi senang atau hari yang sedang baik denganku. Ahh entahlah, setidaknya sesederhana itu aku menilai selasa pagi yang cerah ini. Subuh tadi ibuku menelfon seperti biasa, sedikit omelannya membasuh mukaku. Pagi yang indah dengan sedikit kata-kata dari ibuku.

"Lee subuh!” kata ibuku pelan.

"Hmm… tembe adzan iku, 10menit meneh yo bu.” Pintaku.

"Ndang tangi! Dadi wong iku seng iso bersyukur & ojo ngumpet ndek mburi seribu satu alesan ge nggedekno malese awakmu, ndadikno wakmu gampang nyerah terus dadi koyo ngene.” Ibuku mulai ngomel.

Tapi setidaknya kata2 ibuku tadi membuatku terdiam, cara penyampaian yang sangat alus tapi menusuk hati itu loh yang benar-benar membuatku berfikir. Aku mencoba mencerna kata-kata tadi dan kurang lebih seperti ini arti bebasnya “cepet bangun! Jadilah manusia yang bersyukur dan janganlah bersembunyi dibalik seribu satu alasan untuk membesarkan kekurangan diri, sehingga kamu dapat dengan mudahnya menyerah lalu memilih untuk bersikap pasif.”  
Dan kata-kata ini ketika aku ulas sedikit, aku dapat kalimat seperti ini “Menyadari kekurangan diri bisa menghindarkan kita dari sifat sombong. Namun terlalu membesar - besarkan kekurangan diri pun bisa membuat kita lupa akan betapa banyak nikmat yang sudah kita dapat.”
Aku memang suka menghubung-hubungkan kata-kata dari ibuku dengan pengertian yang hampir sama, lalu memberi definisi lain. Dan mencobanya. Biasanya kata-kata beliau aku revisi sedikit. Bukan mengubahnya, aku menyebutnya menelaah.

Sebagus apa juga kata-kata kalau untuk merontokan dan memaki karna semata kebencian pasti nyembul juga taringnya, nah kalau ibuku  ini dari kecil gak pernah marah yang bisa membuat aku down. Marahnya ibuku selalu bisa membuat aku membuka mata, membuat aku bisa melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Walau kadang saat dia marah aku Cuma bisa nunduk dan nangis, tapi jujur saat itu aku menelaah kata-katanya. Apalagi saat nadanya mulai lembut kembali, saat-saat seperti itu aku kadang merasa menjadi akar yang sedang menyerap air.  Masuk, meresap, lalu menangis yang semakin menjadi-jadi. Mungkin setiap ibu ketika marah pada anaknya seperti ini, marahnya cerah seperti rembulan. Mungkin kata-kata yang keluar dari bibir seorang ibu kepada anaknya selalu dijaga malaikat.

Kembali ke kata syukur. Definisi syukur itu menurutku sesedarna pagi ini. Saat aku terjaga dan dengan kesadaran diri memaksa dan mengusir segala rasa malas untuk bangun & menjalankan aktifitas dan tanggung jawab sebagai manusia yang berakal. Dengan bersyukur, aku merasa cara untuk bahagia adalah sederhana. Bahagia itu memang sederhana, sesederhana pagi ini. Dan aku yakin jika kita memulai hari ini dengan penuh rasa syukur, maka kita akan selalu merasa bahagia dimanapun kita berada dan bagaimanapun keadaannya.

*thanks Mom..

Senin, 16 April 2012

Merindukanmu Setelah (Titik)

Aku menulismu sebelum titik
mencarimu sebelum pena tak lagi bisa kugerakan
lalu mencoba menikmatimu sebelum koma datang memberi jarak antara kita.
Aku melihatmu setelah titik

menggenggam tanganmu sebelum spasi menguasai kata-kata
sebelum margin-margin dalam setiap alur yg kuceritakan, tentangmu.
tapi maafkan, aku merindukanmu setelah titik.
aku punya cara dengan kata-kata sebelum menjadi kalimat
lalu mencoba bersahabat dengan paragraf-paragraf yg kutuliskan
kisah kita.

aku punya alasan memberikan spasi setelahmu pergi
kamu tau alasan aku meninggalkanmu sebelum titik?
karena aku tak pernah nyaman menulis cerita ini