Cari Blog Ini

Senin, 23 April 2012

Kata ibuku, pagi ini

Hari ini semua menajdi begitu jelas, entah aku yang lagi senang atau hari yang sedang baik denganku. Ahh entahlah, setidaknya sesederhana itu aku menilai selasa pagi yang cerah ini. Subuh tadi ibuku menelfon seperti biasa, sedikit omelannya membasuh mukaku. Pagi yang indah dengan sedikit kata-kata dari ibuku.

"Lee subuh!” kata ibuku pelan.

"Hmm… tembe adzan iku, 10menit meneh yo bu.” Pintaku.

"Ndang tangi! Dadi wong iku seng iso bersyukur & ojo ngumpet ndek mburi seribu satu alesan ge nggedekno malese awakmu, ndadikno wakmu gampang nyerah terus dadi koyo ngene.” Ibuku mulai ngomel.

Tapi setidaknya kata2 ibuku tadi membuatku terdiam, cara penyampaian yang sangat alus tapi menusuk hati itu loh yang benar-benar membuatku berfikir. Aku mencoba mencerna kata-kata tadi dan kurang lebih seperti ini arti bebasnya “cepet bangun! Jadilah manusia yang bersyukur dan janganlah bersembunyi dibalik seribu satu alasan untuk membesarkan kekurangan diri, sehingga kamu dapat dengan mudahnya menyerah lalu memilih untuk bersikap pasif.”  
Dan kata-kata ini ketika aku ulas sedikit, aku dapat kalimat seperti ini “Menyadari kekurangan diri bisa menghindarkan kita dari sifat sombong. Namun terlalu membesar - besarkan kekurangan diri pun bisa membuat kita lupa akan betapa banyak nikmat yang sudah kita dapat.”
Aku memang suka menghubung-hubungkan kata-kata dari ibuku dengan pengertian yang hampir sama, lalu memberi definisi lain. Dan mencobanya. Biasanya kata-kata beliau aku revisi sedikit. Bukan mengubahnya, aku menyebutnya menelaah.

Sebagus apa juga kata-kata kalau untuk merontokan dan memaki karna semata kebencian pasti nyembul juga taringnya, nah kalau ibuku  ini dari kecil gak pernah marah yang bisa membuat aku down. Marahnya ibuku selalu bisa membuat aku membuka mata, membuat aku bisa melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Walau kadang saat dia marah aku Cuma bisa nunduk dan nangis, tapi jujur saat itu aku menelaah kata-katanya. Apalagi saat nadanya mulai lembut kembali, saat-saat seperti itu aku kadang merasa menjadi akar yang sedang menyerap air.  Masuk, meresap, lalu menangis yang semakin menjadi-jadi. Mungkin setiap ibu ketika marah pada anaknya seperti ini, marahnya cerah seperti rembulan. Mungkin kata-kata yang keluar dari bibir seorang ibu kepada anaknya selalu dijaga malaikat.

Kembali ke kata syukur. Definisi syukur itu menurutku sesedarna pagi ini. Saat aku terjaga dan dengan kesadaran diri memaksa dan mengusir segala rasa malas untuk bangun & menjalankan aktifitas dan tanggung jawab sebagai manusia yang berakal. Dengan bersyukur, aku merasa cara untuk bahagia adalah sederhana. Bahagia itu memang sederhana, sesederhana pagi ini. Dan aku yakin jika kita memulai hari ini dengan penuh rasa syukur, maka kita akan selalu merasa bahagia dimanapun kita berada dan bagaimanapun keadaannya.

*thanks Mom..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar